Menjadi salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang menganut paham agama Hindu, kerajaan ini berdiri tepat setelah didirikannya Kerajaan Kutai. Taruma yang berarti nila atau tarum, memiliki arti sungai yang mampu membelah pulau Jawa Barat, dimana sungai yang dimaksud adalah Sungai Citarum. Sedangkan kata negara, artinya merupakan sebuah kerajaan atau negara. Jadi, sebenarnya kata tarumanegara tersusun dari dua suku kata yakni taruma dan negara.
Asal Mula Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Terletak di tepi Sungai Citarum, Kabupaten Lebak, Banten, Kerajaan Tarumanegara didirikan pada tahun 358 Masehi oleh seorang raja yang bernama Rajadirajaguru Jayasingawarman. Beliau adalah seorang maharesi atau pendeta yang dulunya berasal dari negara India, Salankayana. Saat negaranya mengalami serangan yang bertubi-tubi, akhirnya Rajadirajaguru berhasil melarikan diri ke Nusantara untuk meloloskan diri dari ancaman Kerajaan Manggada.
Selama masa pelariannya, pada saat itulah Rajadirajaguru membangun sebuah kerajaan baru yang dinamakan Kerajaan Tarumanegara. Setelah kepulangan atau meninggalnya raja pertama, secara otomatis takhta diberikan kepada putranya yang bernama Dharmayawarman. Raja Dharmayarman menjalani masa kepemerintahannya selama kurang lebih 13 tahun sejak tahun 382 sampai dengan 395 Masehi.
Selanjutnya, kepemimpinan dijalani oleh Raja Purnawarman. Selama masa pemerintahannya, Kerajaan Tarumanegara menunjukkan kemajuan yang sangat pesat dengan memiliki kekuasaan di 48 kerajaan kecil yang berada dibawah tingkatan dari kerajaan tersebut.
Tidak hanya mampu memperluas daerah kekuasaan, ibukota kerajaan kala itu juga dipindahkan ke Sundapura. Asal mula munculnya kata Sunda, terinspirasi dari kata Sundapura yang merupakan ibukota baru saat Purnawarman menjadi seorang raja di Kerajaan Tarumanegara.
Selain Raja Purnawarman mampu membawa Kerajaan Tarumanegara hingga ke bagian Jawa Tengah, masa kepemerintahannya diketahui paling lama dibandingkan dengan dua raja sebelumnya. Saat dahulu kala, batasan dari Kerajaan Tarumanegara yakni Kali Brebes yang berlokasi di Jawa Tengah.
Wilayah kekuasaan yang dimiliki oleh Kerajaan Tarumanegara, membentang luas dari Salangkanegara atau Rajapura yang kini dikenal dengan Telu Lada, kemudian Pandeglang hingga Purbalingga yang berada di Jawa Tengah. Raja Purnawarman menjabat selama 39 tahun dimulai dari tahun 395 hingga 434 Masehi.
Kejayaan yang dirasakan oleh Kerajaan Tarumanegara, bisa terlihat dari meningkatnya perekonomian yang terjadi di masa kepemimpinan Raja Purnawarman. Raja memperdalam Sungai Citarum untuk meningkatkan sarana perdagangan. Zaman dahulu, perdagangan dan pertanian merupakan dua mata pencaharian yang paling menjanjikan. Selain menguntungkan diri sendiri, hasilnya dapat membantu memperkuat perekonomian kerajaannya.
Raja Purnawarman tutup usia pada tahun 434 Masehi, maka yang memimpin berikutnya adalah Raja Wisnuwarman yang tidak lain merupakan putera dari raja sebelumnya. Raja Wisnuwarman diketahui menduduki kursi kepemerintahannya dari tahun 434 hingga 455 Masehi. Kurang lebih beliau menjabat menjadi seorang raja selama 21 tahun. Lalu, digantikan oleh Raja Indrawarman tepat pada tahun 455 sampai 515 Masehi, yang berarti masa pemerintahannya berjalan selama 60 tahun.
Walaupun Raja Indrawarman menjalani kepemerintahannya paling lama sepanjang sejarah kepemimpinan Kerajaan Tarumanegara, masa kejayaan kerajaan ini terjadi saat dibawah kepempinan dari Raja Purnawarman. ย Kemudian, ada Maharaja Candrawarman yang diketahui memimpin selama 20 tahun dari tahun 515-535 Masehi.
Raja ketujuh dari Kerajaan Tarumanegara yaitu Raja Suryawarman. Raja Suryawarman berkuasa lebih lama dibandingkan masa kepemimpinan ayahnya yakni Maharaja Candrawarman. Suryawarman berhasil menjalani masa pemerintahannya dengan baik selama 26 tahun, dengan memfokuskan perkembangan di bagian timur kerajaannya.
Dengan begitu, muncullah kerajaan baru yang berlokasi di daerah Kendan, sekitaran kota Bandung dan Limbangan Garut. Kepemerintahan di kerajaan baru dijalani oleh menantunya yang bernama Manikmaya. Sedangkan cicitnya Manikmaya, mendirikan Kerajaan Galuh di tahun 612 M.
Diketahui raja terakhir yang menjabat di Kerajaan Tarumanegara adalah Raja Linggawarman. Raja Linggawarman tidak memiliki seorang penerus garis keturunan kerajaan atau seorang putra. Namun, raja dianugerahi dua orang anak perempuan yang merupakan putri raja dengan nama Minarsih dan Sobakanca.
Masa kepemimpinan Linggawarman dimulai dari tahun 666 sampai dengan 669 Masehi. Putri sulungnya yakni Minarsih, menikah dengan Tarusabwa yang kemudian menjabat menggantikan ayah mertuanya Linggawarman. Lalu, putri kedua Sobakanca mengikat tali pernikahan dengan seorang raja Daputa Hyang Sri, yang merupakan pendiri dari Kerajaan Sriwijaya.
Masa Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Sepeninggal Raja Linggawarman, tidak ada catatan sejarah yang menceritakan dengan rinci masa kepemimpinan Tarusabwa. Hanya saja, berdasarkan tulisan yang tertinggal di dalam prasasti Cindanghayang, menceritakan kejayaan yang diukir selama Raja Purnawarman menjalani masa pemerintahannya menjadi seorang raja di Kerajaan Tarumanegara.
Saat anak menantunya menggantikan posisi kepemerintahan Raja Linggawarman, Tarusabwa mengganti nama Kerajaan Tarumanegara dengan nama Kerajaan Sunda. Berdasarkan alasan inilah yang menjadikan Wretikandayun, cicit dari Raja Manikmaya memisahkan diri dari Kerajaan Tarumanegara. Kala itu, Wretikmandayun memegang takhta kepemerintahan di Kerajaan Galuh.
Pemisahan diri ini juga didukung oleh Kerajaan Kalingga yang saat itu Putri Maharani Sima dari kerajaan tersebut dipersunting oleh seorang putra mahkota yang bernama Sannah. Hal inilah yang menjadikan Kerajaan Tarumanegara mulai terpecah, terbagi menjadi dua. Sedangkan batas kerajaannya yakni Sungai Citarum itu sendiri.
Sekian pemaparan sejarah Kerajaan Tarumanegara kali ini. Selengkapnya, dapat dilihat di situs website https://rumus.co.id/.