Sebagai muslim yang taat, kita wajib untuk mengimani kisah-kisah para Nabi dan kaumnya yang diceritakan di dalam Al-Qur’an sebagai pemberi peringatan. Salah satu Nabi yang wajib kita ketahui adalah Nabi Hud AS. Kisahnya pun tidak kalah menarik dibanding kisah-kisah Nabi lainnya yang lebih terkenal. Yuk, langsung saja simak kisah Nabi Hud AS dalam perjuangannya berdakwah mengajak kaumnya kembali ke jalan Allah SWT.
Siapa Itu Nabi Hud AS?
Di dalam Al-Qur’an, nama Nabi Hud AS setidaknya disebutkan sebanyak 7 kali dan namanya diabadikan dalam sebuah surat dengan nama QS Hud. Salah satu Nabi dan juga Rasul yang Allah utus untuk meluruskan keimanan Suku ‘Ad di jazirah Arab ini bernama Hud Bin Abdullah Bin Rabah Bin Khulud Bin ‘Ad Bin Ush Bin Iram Bin Sam Bin Nuh AS. Dilihat dari silsilahnya, maka sudah jelas bahwa Nabi Hud adalah keturunan dari Nabi Nuh AS.
Diperkirakan, Nabi Hud AS hidup antara tahun 2450 sampai 2320 SM di daerah Al Ahqaaf (berbukit dan berpasir) yang ada di Yaman. Beliau kemudian diangkat menjadi Nabi pada tahun 2400 SM. Lahir di Hadramaut, Nabi yang merupakan keturunan dari putra Nabi Nuh bernama Sam ini wafat pada usia 472 tahun dan dimakamkan juga di Hadramaut.
Kaum Nabi Hud merupakan sebuah kaum suku tertua sesudah Nabi Nuh. Berdasar asal muasalnya, kaum ini adalah keturunan mereka yang selamat bersama Nabi Nuh AS setelah musibah air bah yang melenyapkan seluruh kaum kafir di muka Bumi. Anak-anak Nabi Nuh yang selamat ini bernama Ham, Sem, dan Yafet, sedangkan Kan’an tidak selamat karena tidak beriman.
Mereka yang selamat ini berpencar dan melahirkan anak cucu untuk menjadi suku, kaum, dan bangsa-bangsa yang mana berkembang melahirkan banyak tradisi yang berbeda-beda. Keturunan Ham dikatakan menjadi cikal bakal Suku Qibti di Mesir dan beberapa suku di Afrika. Adapun keturunan Yafet melahirkan orang-orang Shaqabilah dan Turki, sedangkan keturunan Sem melahirkan orang-orang Persia, Romawi, dan Arab.
Nah, salah satu keturunan Sem Bin Nuh inilah yang kemudian memiliki keturunan lagi bernama Iram yang mana dikenal dengan bangunan-bangunan mereka yang tinggi dan tidak pernah ada di negeri lainnya. Hal ini disebutkan dalam QS Al-Fajr ayat 7 dan 8. Iram kemudian menjadi asal muasal dari Suku ‘Ad yang mana terbagi menjadi dua suku lagi, yakni Kaum ‘Ad Nabi Hud AS dan Kaum Tasmud Nabi Sholeh AS.
Disebutkan, perawakan Kaum ‘Ad sanagat tinggi, besar, dan kuat serta terberkahi dengan kecerdasan. Dibarengi dengan kekayaan alam yang melimpah di tempat tinggal mereka, Kaum ‘Ad mengukir bebatuan untuk tempat tinggal mereka. Sayangnya dari semua suku di jazirah Arab, Kaum ‘Ad adalah kaum yang pertama menyekutukan Allah sesudah kejadian air bah.
Mereka yang mendiami daerah diantara Yaman dan Oman serta di sebelah utara dari Hadramaut ini membuat 3 buah berhala bernama Shamad, Huran, dan Shamud dan menyembahnya. Mereka meminta kebahagiaan, kebaikan, dan keuntungan serta perlindungan dari kemalangan kepada berhala tersebut. Hal ini disebutkan dalam QS Al-Ahqaaf ayat 21.
Sesuai perintah Allah, Nabi Hud menyeru kepada mereka untuk segera bertobat. Sayangnya menurut Ibnu Katsir dalam Tafsierul Quranil Adziem, Kaum ‘Ad yang memiliki bangunan tinggi dan istana megah dengan benteng sulit ditembus ini tetap tidak mau beriman. Mereka tetap durhaka dan melakukan hal-hal jahat lainnya.
Kisah Perjuangan Dakwah Nabi Huds dan Mukjizat yang Dimiliki
Meski sudah bertahun-tahun Nabi Hud AS menyerukan dakwah, namun kisah nabi menyadarkan Kaum ‘Ad masih sama. Alih-alih bertobat, mereka justru semakin takabur akan nikmat Allah. Hanya ada segelintir orang saja yang bertobat dan menjadi pengikut Nabi Hud AS. Bahkan, usaha Nabi Hud yang mengajak mereka bertobat malah mendapat ancaman berupa musibah dan celaka.
Suatu ketika, terjadi kemarau panjang yang menyebabkan semuanya menjadi gersang dan serba kekeringan. Kaum ‘Ad pun mengutus rombongan agar berdoa meminta hujan di tanah Haram yang dipimpin oleh Qil Bin Anzah. Di tengah perjalanan, Qil melihat 3 gumpalan awan yang warnanya merah, putih, dan hitam dan sebuah suara memerintahkannya untuk memilih.
Qil pun dengan segera memilih awan berwarna hitam. Ia pikir awan itu adalah awan yang mengandung banyak air dan mampu mendatangkan hujan agar tanaman-tanaman mereka tersirami dan hewan-hewan ternak mereka mendapat minum. Kaum ‘Ad pun juga senang dengan awan hitam tersebut. Nabi Hud pun memperingatkan kepada kaumnya bahwa awan tersebut adalah azab dari Allah SWT.
Namun Kaum ‘Ad mengabaikan peringatan nabi mereka. Akhirnya, awan itu benar mendatangkan azab berupa angin kencang yang dingin dan tidak membawa setetes air hujan pun selama 7 hari 7 malam. Angin itu menerbangkan hewan ternak, meratakan gunung dengan tanah, dan menewaskan Kaum ‘Ad layaknya pohon-pohon yang tumbang. Tentu, hanya Nabi Hud AS dan pengikut sejatinya saja yang dapat selamat dari azab pedih ini. Semua kisah ini tertuang dalam QS Al-Ahqaf ayat 24 dan 25, QS Al-Haqqah ayat 6 dan 7, dan juga QS Al-A’raaf ayat 72.
Demikian kisah Nabi Hud. Semoga bermanfaat.